BSD, 26 November 2024.
Pagi ini, rumah kami kedatangan tamu spesial: Pak Kepsek, Pak Ustaz (guru agama), Bu Wali Kelas, dan beberapa teman sekelas Aisyah. Mereka datang menjenguk Aisyah yang baru saja selesai dirawat di rumah sakit. Suasananya hangat, seperti keluarga sendiri.
Karena masih dalam suasana Hari Guru, saya menyambut mereka dengan mengucapkan, “Selamat Hari Guru!” yang langsung dibalas dengan, “Selamat Hari Guru juga ya, Bunda. Hayo, mau bilang bukan guru kan? Hehe. Bunda juga guru lho, guru kehidupan Aisyah. Yang mengajarkan kasih sayang tanpa pamrih, yang rela jadi dokter, koki, motivator, semuanya untuk keluarga…dstnya”
Kata-kata itu bikin saya terdiam, sekaligus terharu.
Kami ngobrol banyak, salah satunya soal banyak absennya Aisyah di sekolah dalam tiga bulan terakhir. Saya sempat khawatir dia bakal ketinggalan banyak pelajaran, tapi respons dari pihak sekolah membuat hati saya tenang.
"Bunda tahu sendiri kan, di sekolah kita ini, banyak siswa dengan kondisi spesial," ujar Pak Kepsek.
"Ada sejumlah atlet (beneran atlet, bukan sekadar siswa yang gemar olahraga) yang jadwal latihannya super padat, ada juga anak-anak yang sering bolak-balik ke RS karena kondisi kesehatan mereka. Tapi semangat mereka luar biasa, tetap mau sekolah di sini dan nggak menyerah. Kami menghargai itu. Jadi, kami menyesuaikan keadaan mereka, bukan mereka yang harus selalu menyesuaikan aturan kami. Begitu juga dengan Aisyah, Bu. Aisyah memang bisa sekolah full-time, hanya kebetulan saja sedang sakit dan harus banyak libur beberapa waktu ini. Jadi, jangan khawatir soal tugas atau pelajaran, kami bisa memahami. Yang penting Aisyah fokus sembuh dulu. Sehat adalah prioritas."
"Oh ya, bunda tahu kan alumni-alumni sekolah kita yang kini berkuliah di Eropa (Belanda), New Zealand, dan beberapa negara lainnya karena beasiswa yang mereka dapat saat masih bersekolah di sini? Itu sebagian besar dapat beasiswa karena prestasi mereka sebagai atlet. Kami bersyukur bisa menyesuaikan diri dengan aktivitas mereka sebagai atlet. Coba kalau kami memaksa mereka belajar dengan masuk tiap hari, ikut ujian ini itu sesuai aturan dan jadwal sekolah, profesi mereka sebagai atlet bisa terganggu. Jadi, di sini, bunda paham kan maksud saya?"
Saya mengangguk pasti karena memang tahu soal itu dan kebetulan kenal dengan anak-anak yang dimaksud. Salah satunya adalah anak teman saya. Dia ditawari 5 beasiswa sekaligus karena prestasinya sebagai atlet ice skating, yakni 2 PTN, 2 universitas di Australia, dan 1 universitas di New Zealand. Dari 5 tawaran itu, dia akhirnya ambil yang di New Zealand.
Jujur, obrolan ini membuat saya terharu. Saya sampai nggak bisa bilang apa-apa, cuma bisa bersyukur. Ternyata saya nggak salah pilih sekolah untuk Aisyah. Meski ini sekolah swasta di BSD, bukan yang mahal-mahal banget, tapi pendekatan pihak sekolah ke anak-anak itu benar-benar sweet banget!
Intinya, sekolah tempat anak saya bersekolah ini adalah sekolah yang memahami berbagai kondisi anak.
Di tengah perjuangannya menuju sembuh dan sehat, Aisyah tetap memberi kejutan yang bikin saya bangga. Dia meraih medali emas Olimpiade Bahasa Inggris tingkat nasional, medali perak Olimpiade Pelajar tingkat nasional, medali perak Olimpiade Sains tingkat provinsi, dan juara 1 lomba poster di HUT PMI Kota Tangsel.
Semua itu ia raih dengan pasti sepanjang Agustus hingga Oktober. Semua prestasinya dihargai oleh sekolah. Dibuatkan flyer ucapan selamat jadi juara yang dikirim ke grup WA kelas, diposting di medsos sekolah, dimuat dalam majalah sekolah, bahkan diundang maju ke depan saat upacara untuk menerima tepuk tangan meriah sambil memegang medali dan piagamnya. Masya Allah.
Yang bikin saya makin salut adalah sekolah ini nggak cuma mengapresiasi juara akademik atau lomba. Mereka juga memberi penghargaan untuk siswa yang memiliki karakter paling baik. Misalnya paling ramah, paling sopan, paling disiplin, dan lainnya. Jadi, semua anak punya kesempatan untuk bersinar di keunggulan masing-masing.
Saat pembagian rapor, semakin terasa spesial. Selain nilai akademik, ada lembar khusus berisi soal perkembangan karakter anak. Bukan dalam bentuk angka, tapi dalam bentuk narasi membangun yang bikin orang tua merasa dihargai. Rasanya seperti dapat surat cinta dari wali kelas tentang anak kita.
Terima kasih banyak, bapak ibu guru, yang selalu mengerti dan mendukung anak-anak dengan tulus. Aisyah masih belum masuk minggu ini, tapi kami tetap merasakan kehangatan dari sekolah yang selalu hadir untuk murid-muridnya.
Masya Allah banget anakku. Allah kasih ujian berupa sakit, tapi Allah juga kasih pelangi berupa prestasi. Alhamdulillah, sekarang Aisyah semakin pulih dan insya Allah segera sehat kembali dan minggu depan sudah bisa masuk sekolah lagi.
Selamat Hari Guru untuk Bapak dan Ibu Guru di mana pun berada❤️